Daftar Isi
- Apa Itu Semiotika?- Penanda, Petanda, dan Tanda
- Definisi Simbol dan Contohnya
- Definisi Mitos/Konotasi dan Contohnya
- Definisi Ideologi dan Propaganda serta Contohnya
- Contoh Analisis Semiotika: Studi Kasus Pepe the Frog
Apa Itu Semiotika?
Untuk memahami apa itu semiotika, kita membuka dengan sebuah contoh:
Ilham masuk di hari pertama di mata kuliah baru. Di dalam ruang kelas, ia melihat seorang laki-laki sedang duduk bersandar di kursinya, kakinya di atas meja di depannya. Rambut laki-laki itu berantakan, bajunya kusut dan tidak dikancingkan. Ilham berpikir, "Wah, anak ini pasti malas."Bagi Ilham, rambut dan pakaian yang berantakan adalah penanda orang yang malas. Ilmu semiotika (juga disebut semiologi) mempelajari bagaimana tanda-tanda diproduksi dan kemudian menciptakan makna. Bagi penganut mazhab semiotika, komunikasi merupakan proses berbagi makna melalui tanda. Seorang ahli semiotika akan mencari tahu bagaimana proses sosial yang terjadi sehingga penampilan berantakan menciptakan makna pemalas.
Definisi Tanda (Sign)
Tanda adalah hal apa pun yang dapat merepresentasikan hal lain. Contohnya, suhu badan yang tinggi adalah tanda sakit dan gambar tengkorak adalah tanda bahaya.Istilah "semiologi" diperkenalkan oleh ahli linguistik asal Swiss, Ferdinand de Saussure. Saussure meyakini bahwa semiotika sangat penting untuk memahami interaksi dan kehidupan sosial manusia. Roland Barthes, ahli semiotika asal Perancis, kemudian mengembangkan ide-ide Saussure menjadi konsep semiotika komparatif modern yang umum digunakan hari ini.
Penanda, Petanda, dan Tanda
Seperti disebutkan di atas, tanda adalah hal apa pun yang dapat merepresentasikan hal lain, seperti penampilan berantakan merepresentasikan sifat malas. Saussure menguraikan tanda menjadi dua komponen: penanda dan petanda.
- Penanda adalah bentuk fisik dari tanda. Dalam contoh ini: penampilan yang berantakan.
- Petanda adalah hal yang direpresentasikan oleh penanda: sifat malas.
- Tanda adalah kombinasi dari keduanya: penampilan orang yang malas.
Definisi Simbol dan Contohnya
Saussure juga mendeskripsikan jenis tanda khusus yang ia sebut sebagai simbol. Simbol adalah jenis tanda di mana penanda tidak memiliki hubungan yang logis dengan petanda. Menurut Saussure, hanya konvensi dan konstruksi sosial yang menentukan makna dari tanda, bukan asosiasi logis.
Sebagai contoh, perhatikan ikon ini ➡. Kira-kira apa maknanya? Mungkin kamu menjawab "ke kanan", tapi mengapa bisa kamu menjawab begitu? Apakah karena panahnya mengarah ke kanan, maka kamu menyimpulkan bahwa ia mengarahkan kamu ke arah kanan? Ingat: Saussure mengatakan penanda tidak memiliki hubungan logis dengan petanda. Ia pasti akan mengatakan bahwa tanda panah ke kanan bermakna "ke kanan" karena kita semua sepakat bahwa itu maknanya.
Manusia sering menciptakan simbol dengan mengasosiasikan benda fisik dengan konsep-konsep abstrak, seperti burung merpati sebagai simbol kedamaian, swastika sebagai simbol kebencian, dan bunga mawar sebagi simbol cinta.
Contoh Tanda dan Simbol
Tanda: Kunci mobil BMW (penanda) merepresentasikan pemilik mobil BMW (petanda).Ada logika di balik asosiasi ini: jika orang itu memiliki kunci mobil BMW, maka ia pasti punya mobil BMW.
Simbol: Kunci mobil BMW (penanda) merepresentasikan status ekonomi dan sosial tinggi (petanda).
Tidak ada "logika natural" di balik asosiasi ini, karena apa hubungannya kunci mobil dengan kekayaan?
Definisi Mitos/Konotasi dan Contohnya
Saussure mengatakan bahwa hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer, artinya tanpa logika atau sebab tertentu. Misalnya, kata dosen (penanda) merepresentasikan tenaga pendidik di perguruan tinggi (petanda), padahal tidak ada apa-apa dalam kombinasi huruf d-o-s-e-n yang berhubungan secara logis dengan pekerjaan itu. Hubungannya hanya ada karena kita semua sepakat bahwa "d-o-s-e-n" merepresentasikan pendidik di perguruan tinggi.
Menurut Barthes, tidak demikian untuk tanda nonverbal. Penanda nonverbal justru sering memiliki asosiasi kuat dengan petandanya, dan asosiasi ini berasa natural bagi kita. Kembali lagi ke contoh anak yang berpenampilah berantakan itu. Bukankah serasa ada logika antara penampilan berantakan dengan sifat malas? Apakah Anda berpikir bahwa memang orang berpenampilan berantakan cenderung malas?
Menurut Barthes, sesungguhnya hubungan penanda dan petanda bersifat arbitrer dan hanya konstruk sosial, namun manusia sering mengaitkan logika pada hubungan di mana logika tidak ada. Tidak ada "logika natural" yang mengatakan bahwa baju yang tidak dikancing menandakan "kemalasan", manusia yang menciptakan asosiasi itu. Tapi coba tanya siapa pun mengapa penampilan berantakan adalah penanda kemalasan dan sebagian besar orang akan menjawab "karena memang begitu adanya" atau "karena masuk akal".
Barthes menyebut proses transformasi hubungan arbitrer menjadi hubungan yang terlihat "masuk akal" atau "memang begitu" sebagai naturalisasi. Tanda yang telah melalui naturalisasi ini ia sebut mitos atau konotasi. Mitos/konotasi adalah tanda yang mengandung makna kultural yang telah dinaturalisasi hingga "berasa" logika natural (dari alam).
Contoh Mitos
Di kalangan tertentu, janggut panjang dan turban di atas kepala (penanda) merepresentasikan teroris (petanda).Tidak ada hubungan antara janggut dan turban dengan aksi atau ideologi terorisme (hubungannya arbitrer), tapi bagi beberapa orang, asosiasi itu "masuk akal" dan "logis". Hubungan penanda dan petanda telah melalui proses naturalisasi, berubah dari hubungan arbitrer menjadi hubungan ""berbasis logika", padahal logika itu sebenarnya adalah konstruk sosial.
Ideologi, Propaganda serta Contohnya
Tidak semua tanda adalah mitos. Ikon floppy disk 💾 (penanda) merepresentasikan aksi menyimpan file (petanda)—tanda ini bebas dari unsur politik atau ideologi tertentu. Jadi bagaimana bisa ada tanda yang netral sedangkan tanda lain mengandung asumsi, stereotipe, dan persepsi yang mengarahkan kita pada worldview (pandangan dunia) tertentu?
Menurut Barthes, sistem semiotika konotatif (mitos) merupakan sistem semiotika ordo ke-dua yang dikembangkan dari sistem semiotika ordo pertama. Di ordo pertama (denotatif), sebuah penanda diasosiasikan dengan petandanya. Di ordo ke-dua (konotatif), tanda dari sistem ordo pertama diinjeksi dengan makna kultural, emosional, dan ideologikal. Agar lebih jelas, lihat contoh-contoh berikut:
Fesyen
• Tanda Ordo Pertama (Denotatif): Jaket kulit hitam (penanda) adalah pakaian yang tahan lama dan melindungi dari udara dingin (petanda).• Tanda Ordo Ke-dua (Konotatif): Jaket kulit hitam yang tahan lama (penanda) adalah simbol pemberontakan, kekuatan, atau afiliasi dengan gerakan punk (petanda).
Periklanan
• Tanda Ordo Pertama (Denotatif): Mawar merah (penanda) adalah jenis bunga yang indah dan berduri (petanda).• Tanda Ordo Ke-dua (Konotatif): Mawar merah yang indah dan berduri (penanda) adalah simbol romansa, cinta, dan hasrat seksual (petanda).
Nasionalisme
• Tanda Ordo Pertama (Denotatif): Kain segiempat berwarna merah dan putih (penanda) adalah simbol bangsa Indonesia (petanda).• Tanda Ordo Ke-dua (Konotatif): Kain segiempat yang menjadi simbol bangsa Indonesia (penanda) adalah simbol kegagahberanian, kemurnian hati, dan kesatuan bangsa (petanda).
Menurut Barthes, tanda ordo pertama menjadi penanda di sistem semiotika ordo ke-dua. Di ordo ke-dua, proses naturalisasi yang terjadi berpotensi menghilangkan makna awal dari sebuah tanda. Contohnya, pemuda-pemuda pengikut gerakan punk mengenakan jaket kulit hitam bukan karena ingin menutupi badan dari dinginnya angin malam, melainkan sebagai indikator keanggotaannya dalam komunitas punk.
Contoh Analisis Semiotika: Studi Kasus Pepe the Frog
Penggemar live streaming di Twitch atau YouTube pasti sudah kenal dengan Pepe the Frog. Gambar pepe yang paling terkenal adalah gambar di atas: seekor kodok hijau yang melihat pengguna dengan ekspresi murung. Gambar ini menjadi salah satu emoticon terpopuler di platform Twitch sebelum Twitch melarang penggunaan gambar ini di tahun 2021.
Pada tahun 2016, gambar ini masuk daftar simbol-simbol kebencian Anti-Defamation League (ADL), organisasi advokasi inklusivitas dan anti-kebencian. Simbol kebencian lain di daftar ini termasuk swastika Nazi dan salib terbalik Ku Klux Klan (kelompok rasis di Amerika). Tapi bagaimana bisa gambar Pepe yang simpel, lucu, dan sedikit aneh ini berasosiasi dengan kebencian? Mari kita petakan proses semiotika yang terjadi sehingga kodok sedih menjadi simbol rasisme.
Pepe the Frog sebagai simbol kesedihan
Waktu Pepe pertama menjadi emoticon di Twitch, audiens platform streaming ini menggunakan gambar Pepe sebagai simbol kekecewaan dan kesedihan. Ketika streamer mengalami kegagalan atau menerima informasi yang mengecewakan atau sedih, audiens stream akan mengirimkan emoticon Pepe secara massal untuk mengindikasikan sentimen "turut berduka".
Tanda Denotatif
Pepe the Frog sebagai simbol kesedihan merupakan contoh tanda denotatif.Kodok dengan ekspresi wajah murung (penanda) merepresentasikan kesedihan dan kekecewaan (petanda).
Hubungan antara wajah yang murung dengan emosi sedih sangat jelas dan tidak mengandung makna ideologikal atau kultural.
Pepe the Frog sebagai simbol konservatisme
Pada tahun 2015, calon presiden Amerika Serikat Donald Trump me-retweet karikatur yang menggambarkan dirinya dengan style Pepe the Frog. Di caption-nya, ia tulis "You Can't Stump the Trump" (terjemahan: Kamu tidak bisa mengalahkan Trump).
Pada bulan September 2015, lawan politik Trump, Hillary Clinton, mengatakan bahwa sebagian besar pendukung Trump adalah "deplorables" (terjemahan: orang-orang patut dicela).
Putra Donald Trump, Donald Trump Jr., membalas pernyataan Clinton dengan men-tweet gambar poster film The Expendables yang telah di-edit dengan wajah-wajah Donald Trump, tokoh-tokoh konservatif lain, dan Pepe the Frog. Ia menggantikan judul The Expendables dengan kata-kata The Deplorables.
Di sini, kita melihat pembentukan dua sistem semiotika konotatif: Pepe sebagai simbol gerakan revolusi konservatif, dan Pepe sebagai simbol ketercelaan. Ingat, tanda di ordo pertama menjadi penanda di ordo ke-dua, dan ini benar untuk kedua sistem semiotika kontatif ini.
Konotasi Pepe sebagai Simbol Konservatisme
Gambar kodok sedih (penanda) merepresentasikan gerakan revolusi konservatif (petanda).Tanda di ordo pertama—Pepe the Frog yang sedih—menjadi penanda di tanda ordo ke-dua dengan petanda ideologikal. Apa hubungannya kodok sedih dengan ideologi konservatisme? Tidak ada! Tapi hubungan itu akan mengalami naturalisasi sehingga pendukung konservatisme melihat hubungan Pepe dengan konservatisme berasa "logis" dan "masuk akal", meskipun sebenarnya hanya konstruk sosial.
Konotasi Pepe sebagai Simbol Ketercelaan
Gambar kodok sedih (penanda) merepresentasikan orang-orang yang patut dicela (petanda).Tanda di ordo pertama—Pepe the Frog yang sedih—menjadi penanda di tanda ordo ke-dua dengan petanda ideologikal. Tidak ada hubungan kodok sedih dengan ketercelaan, tetapi hubungan itu dinaturalisasi sehingga individu-individu yang berideologi sosialisme liberal melihat hubungan itu sebagai sesuatu yang "masuk akal".
Seperti Barthes katakan, tanda ordo ke-dua berpotensi menghilangkan makna awal. Pepe the Frog sebagai simbol kekecewaan dan kesedihan telah tergantikan oleh Pepe the Frog sebagai Simbol Ketercelaan atau Simbol Revolusi Konservatisme (tergantung Anda berada di pihak sosialis liberal atau konservatis).
Pepe the Frog sebagai simbol kebencian
Tim kampanye Clinton kemudian merilis sebuah pos di situs resmi Clinton berjudul "Donald Trump, Pepe the Frog, and white supremacists: an explainer" (terjemahan: Donald Trump, Pepe the Frog, dan Supremasi Kulit Putih: sebuah penjelasan). Pos ini mengaitkan Donald Trump dan Pepe the Frog dengan gerakan supremis kulit putih dan secara langsung membangun konotasi Pepe sebagai simbol rasisme.
Di Mei 2016, tuduhan tim Clinton bahwa ada asosiasi Pepe dengan gerakan rasis dibenarkan ketika seorang penganut supremasi ras kulit putih. Orang tersebut membuat klaim tentang adanya gerakan untuk "merebut kembali Pepe dari para normies [slang online untuk pengguna internet mainstream]".
Sekali lagi, Pepe the Frog mengalami evolusi makna, dari simbol ketercelaan menjadi simbol kebencian.
Konotasi Pepe sebagai Simbol Kebencian
Pepe sebagai simbol gerakan revolusi konservatism (penanda) merepresentasikan supremasi ras kulit putih dan kebencian terhadap kelompok lain (petanda).Tanda Pepe yang sudah diinjeksi makna ideologikal disuntikkan lagi dengan makna ideologikal baru—supremasi ras kulit putih dan kebencian terhadap ras lain.
Apa Itu Semiotika? Pentingnya Kemampuan Dekonstruksi Tanda
Dalam esai-esainya, Barthes memperingatkan pembaca tentang bahayanya pembentukan makna konotatif dan menekankan pentingnya kemampuan ahli ilmu sosial untuk mendekonstruksi tanda dan makna. Ketika kita membiarkan mitos mendominasi simbol dan tanda dalam kehidupan sosial, kita membuka diri untuk ditipu oleh "konstruk sosial berbulu logika natural" sehingga pihak-pihak eksternal dapat, dengan mudah, mengeksploitasi dan membentuk worldview kita tanpa kita sadari.
Lain kali ketika Anda menghadapi tanda yang baru, coba untuk pikir dan analisis terlebih dahulu: Apa itu semiotika? Apakah tanda ini mengandung makna emosional, politikal, ideologikal? Konotasi itu berasal dari mana?
Referensi
- Barthes, R. (1972). Mythologies (A. Lavers, Trans.). Hill and Wang.
- Barthes, R. (1988). The semiotic challenge (R. Howard, Trans.). Hill and Wang.
- BBC News. (2016, September 27). Pepe the Frog meme branded a 'hate symbol' [News article]. BBC. https://www.bbc.com/news/world-us-canada-37493165
- De Saussure, F. (1966). A course in general linguistics. McGraw-Hill.
- Griffin, E. (2019). A first look at communication theory (10th ed.). McGraw-Hill.