Search

Apa itu Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory)?

Sumber: MART PRODUCTION di Pexels
Laman ini terakhir diperbarui pada tanggal 14 November, 2024.

Konsep Kunci

Menurut Teori Penetrasi Sosial, men-sharing informasi personal (e.g., ketakutan, cita-cita, rahasia personal) dengan orang lain membuat hubungan itu menjadi semakin intim dan dalam.

Tidak semua hubungan kita punya tingkat kedekatan yang sama. Contohnya, hubunganmu dengan orang tua atau pasangan lebih dalam dibandingkan hubunganmu dengan teman kantor atau guru (biasanya, ya). Tapi kenapa ada perbedaan kedekatan? Dan bagaimana proses perkembangan sebuah hubungan sampai menjadi dekat?

Pada tahun 1973, Irwin Altman dan Dalmas Taylor mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan Teori Penetrasi Sosial (social penetration theory). Teori Penetrasi Sosial merupakan teori komunikasi interpersonal (i.e., komunikasi antara dua atau lebih orang) yang mencoba menggambarkan proses pembangunan hubungan antarpribadi. Menurut mereka:


Ketika kita berbagi informasi personal, hubungan kita menjadi semakin dalam dan berarti.


Tentu tidak semua informasi personal memiliki makna dan signifikansi yang sama. Bercerita tentang playlist lagu dangdut favorit tidak sama dengan curahan hati tentang mantan kekasih. Karena informasi personal begitu bervariasi dan memiliki makna yang sangat berbeda, Altman dan Taylor menyebutkan dua sifat untuk mendeskripsikan informasi personal: breadth (keluasan) dan depth (kedalaman).

Breadth dan Depth

Breadth maksudnya luasnya jenis-jenis topik yang dapat dibahas dalam sebuah hubungan. Sebagian besar orang tidak akan bercerita tentang isu rumah tangga dengan orang yang baru dikenal, tetapi hal itu bisa saja dibahas bersama sahabat terdekat. Itu berarti semakin dekat hubunganmu dengan seseorang, semakin luas (more breadth) jenis topik yang dapat diangkat dalam pembicaraan.

Depth mendeskripsikan kedalaman sebuah topik. Kembali ke contoh di atas tentang isu rumah tangga, itu sebuah topik yang memiliki depth yang sangat dalam, karena untuk membahas itu dengan seseorang, kamu perlu membuka diri dan berani terlihat "lemah". Sebaliknya, topik seperti lagu pop kesukaan kamu adalah topik yang aman dan memiliki depth yang dangkal. Jadi, semakin dekat hubungamu dengan seseorang, semakin dalam (deeper) topik yang dapat diangkat dalam pembicaraan.

Model Kulit Bawang

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang yang kulitnya berlapis-lapis. Ketika kita berkenalan dengan orang baru, kita hanya dapat melihat lapisan kulit terluarnya. Banyak hal tentang diri kita yang disembunyikan di bawah lapisan-lapisan kulit itu. Seiring dengan waktu dan melalui proses self-disclosure, kita melepaskan kulit, lapisan demi lapisan, dan berbagi hal yang sifatnya lebih personal dan lebih dalam.

Tahap-tahap Penetrasi Sosial

"Oke, kalau hubungan yang dekat dibangun melalui pengungkapan diri, kenapa kita tidak cerita saja rahasia-rahasia kita. 'Kan, langsung dekat." Sayangnya, proses pembangunan hubungan tidak semudah itu.

Ada empat tahap dalam pembangunan hubungan interpersonal menurut Teori Penetrasi Sosial:

  1. Orientasi
  2. Pertukaran penjajakan afektif
  3. Pertukaran afektif
  4. Pertukaran stabil

Mencoba untuk melangkahi salah satu tahap ini biasanya melanggar norma sosial dan bisa membuatmu terlihat aneh atau kurang sopan.

Contoh Penetrasi Sosial: Pembangunan Sebuah Persahabatan

Berikut ini kisah Rani dan Teguh, dua mahasiswa baru di kampus FISIP UPRI yang bertemu pada hari pertama orientasi dan mulai berkenalan. Mari kita ikuti perjalanan mereka melalui tahapan Teori Penetrasi Sosial.

Orientasi

Tahap orientasi adalah tahap berkenalan dengan orang baru. Di tahap ini, kita hanya bertukar informasi personal yang paling superfisial—lapisan terluar di model kulit bawang. Karena ini masih tahap awal pengenalan, kita cenderung berhati-hati dalam mengungkapkan informasi yang bersifat sangat pribadi.

Pada awalnya, Rani dan Teguh hanya saling mengenal secara permukaan. Mereka berbicara tentang hal-hal umum seperti asal daerah, jurusan yang diambil, dan hobi.

Rani: "Hai, aku Rani. Aku dari Jakarta dan mengambil jurusan Ilmu Administrasi Negara. Kamu?"
Teguh: "Halo, saya Teguh. Saya tinggal dekat sini di Antang dan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Senang berkenalan denganmu."

Pertukaran Penjajakan Afektif

Tahap kedua adalah tahap pertukaran penjajakan afektif. Dalam kerangka Cognitive-Affective-Behavioral, komponen afektif merujuk pada emosi dan mood. Jadi, maksud dari "penjajakan afektif" adalah "eksplorasi emosi dan perasaan". Dengan kata lain, di tahap ini, kita mulai mengeksplor seperti apa lawan bicara kita secara emosional.

Ingat, di tahap ini, kita belum benar-benar membagikan informasi personal yang emosional, tetapi hanya mencoba untuk membahasnya. Masih ada kehati-hatian untuk membawa hubungan ke ranah yang lebih personal. Bisa saja ada perluasan breadth topik yang dapat dibahas, tetapi depth diskusinya masih dangkal.

Seiring berjalannya waktu, Rani dan Teguh mulai sering bertemu di kampus. Mereka mulai berbicara tentang topik yang lebih personal, seperti keluarga, pengalaman sekolah, dan cita-cita mereka.

Teguh: "Rani, kamu pernah merasa rindu sama keluarga di Jakarta?"
Rani: "Iya. Kadang-kadang aku video call sama keluarga biar nggak terlalu rindu."

Pertukaran Afektif

Di tahap pertukaran afektif, interaksi menjadi lebih sering dan bersifat lebih santai. Pengungkapan diri sangat kasual dan spontan, ini mencerminkan komitmen dan kenyaman dari kedua pihak.

Di tahap ini sudah bisa sering bercandaan, membuat pernyataan sarkas, atau punya nama panggilan khusus. Terkadang, kedekatan dan kenyaman memungkinkan adanya konflik di antara kedua pribadi. Hubungan yang semakin intim membuat keduanya nyaman untuk bertengkar.

Tahap pertukaran afektif biasanya dikhususkan untuk teman dekat atau pasangan.

Rani dan Teguh mulai merasa nyaman satu sama lain dan mulai berbagi rahasia dan perasaan yang lebih dalam. Mereka menjadi teman dekat dan sering menghabiskan waktu bersama.

Rani: "Teguh, aku mau cerita sesuatu. Aku sebenarnya dulu sering merasa minder di sekolah karena aku nggak terlalu pintar di matematika."
Teguh: "Jangan khawatir, Rani. Aku juga pernah merasa minder karena aku dulu susah bergaul. Tapi sekarang aku belajar untuk lebih percaya diri."

Pertukaran Stabil

Hubungan yang mencapai tahap pertukaran stabil memiliki keterbukaan, breadth yang sangat luas (bisa membahas hampir apa saja), dan depth yang dalam. Di tahap ini, kita dapat berbagi informasi paling intim tentang private self (dirimu yang dibalik citra publikmu). Hubungan yang mencapai tahap pertukaran stabil biasanya bersifat jujur dan intim, dengan keterbukaan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan perilaku.

Pada tahap ini, Rani dan Teguh sudah sangat mengenal satu sama lain. Mereka saling mendukung dan bisa mengandalkan satu sama lain dalam berbagai situasi.

Teguh: "Rani, aku ada masalah dengan tugas kuliah. Boleh minta bantuanmu untuk membaca dan memberikan masukan?"
Rani: "Tentu saja, Teguh. Aku selalu ada buat kamu. Ayo kita selesaikan tugas ini bersama-sama."

Depenetrasi

Tidak semua hubungan bertahan seumur hidup. Ada sahabat masa kecil yang pindah ke kota baru, rekan-rekan kerja yang dimutasi ke lokasi lain, atau pemutusan hubungan karena berbagai alasan. Terkadang, sesuatu bisa terjadi dalam sebuah hubungan yang menyebabkannya menjauh dari kedekatan. Proses menarik diri atau mundur dari tingkat keintiman hubungan disebut depenetrasi.

Beberapa bulan kemudian, terjadi salah paham antara Rani dan Teguh. Teguh merasa Rani terlalu sibuk dengan teman-teman barunya dan kurang meluangkan waktu untuknya. Sebaliknya, Rani merasa Teguh menjadi terlalu mengatur dan posesif.

Teguh: "Rani, kenapa akhir-akhir ini kamu selalu sibuk? Aku merasa kita nggak seakrab dulu lagi."
Rani: "Teguh, aku juga punya kehidupan lain. Aku merasa kamu terlalu mengatur. Kita butuh ruang masing-masing."

Percakapan ini membuat hubungan mereka mulai merenggang. Mereka tidak lagi sering bertemu dan berbicara seperti dulu. Pertukaran informasi dan perasaan mereka berkurang. Hubungan mereka mengalami depenetrasi, kembali ke tahap yang lebih dangkal.

Rani: "Mungkin kita memang butuh waktu untuk sendiri dulu. Aku harap kita bisa tetap berteman baik."
Teguh: "Iya, aku juga berharap begitu. Semoga kita bisa menemukan keseimbangan."

Referensi

Gabung bersama kami membuat perubahan positif bagi masyarakat.

Baca informasi pendaftaran mahasiswa baru → Download brosur FISIP UPRI →