Search
Laman ini terakhir diperbarui pada tanggal 24 Februari, 2025.

Video game sering dituding sebagai penyebab komunikasi keluarga yang buruk. Tapi apakah itu benar? Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa masalahnya mungkin jauh lebih dalam dari sekadar bermain game online.

Baca dan Sitasi Artikel Ini

Lande, J. P., Arianto, A., & Bahfiarti, T. (2020). The effect of mobile gaming on the quality of family communication. In Proceedings of the 1st Hasanuddin International Conference on Social and Political Sciences (HICOSPOS 2019), 21-22 October 2019, Makassar, Indonesia. EAI. https://doi.org/10.4108/eai.21-10-2019.2291518

Baca studi lengkap→

Video game sering dijadikan kambing hitam dalam berbagai masalah sosial—mulai dari kemalasan, penurunan prestasi akademik, hingga komunikasi keluarga yang buruk. Tapi apakah data mendukung narasi itu?

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Janisa Pascawati, seorang peneliti komunikasi dari Universitas Pejuang Republik Indonesia, menunjukkan tidak ada bukti kuat bahwa bermain gim secara rutin punya dampak pada kualitas komunikasi dalam keluarga.

“Penelitian kami tidak menemukan korelasi yang signifikan antara frekuensi bermain Mobile Legends dan kualitas komunikasi dalam keluarga,” jelasnya. “Namun, ada sedikit korelasi positif yang menunjukkan bahwa pemain yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik dalam gim cenderung juga memiliki komunikasi yang lebih baik dalam keluarga mereka.”

Komunikasi Buruk adalah Gejala dari Masalah yang Lebih Dalam

Tim peneliti melakukan survei online terhadap 204 pemain Mobile Legends yang mengikuti turnamen. Mereka meminta peserta menjawab pertanyaan tentang frekuensi bermain, durasi bermain, dan cara mereka berkomunikasi dengan keluarga.

Hasilnya? Bermain Mobile Legends tidak secara langsung mempengaruhi komunikasi keluarga, baik positif maupun negatif. Tapi, ada sedikit tanda bahwa pemain yang terbiasa bekerja sama dalam game mungkin juga lebih baik dalam berkomunikasi dengan keluarga.

Apa artinya ini? Janisa menjelaskan bahwa video game bukanlah penyebab utama buruknya komunikasi keluarga, melainkan lebih sebagai refleksi dari pola komunikasi yang sudah ada sebelumnya.

“Jika komunikasi dalam keluarga memang buruk, itu bukan karena anak mereka bermain Mobile Legends,” katanya. “Bisa jadi ada masalah yang lebih dalam, seperti pola asuh, tekanan sosial, atau kesenjangan generasi dalam memahami teknologi.”

Koordinasi dalam Gim, Koordinasi dalam Keluarga?

Mobile Legends adalah gim berbasis kerja sama tim yang menuntut koordinasi dan komunikasi antar pemain. Pemain yang sudah terbiasa bekerja sama dan berkomunikasi efektif dalam gim tampaknya juga memiliki keterampilan komunikasi yang lebih baik di kehidupan nyata.

“Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa keterampilan komunikasi dalam tim gim bisa mencerminkan keterampilan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari,” kata Janisa. “Tapi sekali lagi, ini bukan bukti bahwa bermain gim secara otomatis meningkatkan komunikasi keluarga—hanya bahwa pemain yang komunikatif dalam gim cenderung juga memiliki komunikasi yang baik dalam keluarga mereka.”

"Kemampuan berkomunikasi dan berkoordinasi di dunia nyata, termasuk di dalam keluarga, dapat ditransferkan ke dalam game," simpulnya.

Kesenjangan Teknologi dan Miskomunikasi

Di negara-negara seperti Amerika Serikat, video game sudah menjadi bagian dari budaya keluarga selama beberapa dekade. Orang tua dan anak-anak biasa bermain Mario Kart atau Minecraft bersama, menciptakan pengalaman bonding.

Namun, di Indonesia, situasinya berbeda. Generasi orang tua saat ini tidak tumbuh dengan budaya gaming, sehingga mereka sering kali melihat video game sebagai sesuatu yang asing atau bahkan berbahaya.

“Kita berada di titik di mana video game mulai diterima sebagai hiburan yang legitimat di Indonesia,” kata Janisa. “Tapi banyak orang tua masih merasa sulit memahami mengapa anak-anak mereka begitu terikat dengan gim.”

Menyalahkan Game Hanya Mengabaikan Akar Masalah

Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa video game bukanlah penyebab utama buruknya komunikasi dalam keluarga.

“Jika komunikasi keluarga sudah buruk, bisa jadi terlalu sering bermain video game adalah gejalanya, bukan penyebabnya,” jelas Lande. “Kita tidak bisa terus menyalahkan teknologi tanpa memahami akar masalahnya.”

Alih-alih menganggap video game sebagai musuh, mungkin orang tua dan anak-anak bisa mencoba lebih memahami satu sama lain dan membangun komunikasi yang lebih baik di luar dan di dalam dunia digital.

Baca dan Sitasi Artikel Ini

Lande, J. P., Arianto, A., & Bahfiarti, T. (2020). The effect of mobile gaming on the quality of family communication. In Proceedings of the 1st Hasanuddin International Conference on Social and Political Sciences (HICOSPOS 2019), 21-22 October 2019, Makassar, Indonesia. EAI. https://doi.org/10.4108/eai.21-10-2019.2291518

Baca studi lengkap→

Gabung bersama kami membuat perubahan positif bagi masyarakat.

Baca informasi pendaftaran mahasiswa baru → Download brosur FISIP UPRI →